APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA
MAKALAH
OLEH;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)
YAYASAN MA’ARIF
SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA
MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015
APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah PENGANTAR MANAJEMEN
Dosen Pembina: Drs. Zahid Dhofir, M.Pd
OLEH ;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)
YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
penulis ucapkan karena
berkat berkat rahmat Allah SWT makalah yang berjudul: “Aplikasi Tiga
Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha” ini dapat penulis selesaikan sesuai yang
direncanakan. Salam dan shalawat semoga selalu
tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, semoga pertolongan dan syafaat beliau
terlimpahkan kepada kita sekalian. Amin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata
Kuliah Manajemen Strategis Semester VII tahun akademik 2014/2015 Prodi Ekonomi Syariah pada STAI
Syaichona Moh.Cholil Bangkalan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada Dosen Pembina Bapak Drs.
Zahid Dhofir, M.Pd sebagai Dosen
Pembina mata kuliah Ekonomi Syariah. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman Prodi Ekonomi
Syariah Semester VII senasib seperjuangan dalam menempuh mata kuliah ini.
Bangkalan, 13 September
2015
Penulis
|
Akhirnya, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang mengkaji tentang Strategi Bisnis khususnya mahasiswa
Ekonomi Syariah STAIS Bangkalan.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.
Tujuan Makalah............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Tingkatan Manajemen
Dalam Badan Usaha................................................ 3
B.
Peran Manajer.............................................................................................. 5
C.
Keterampilan Manajer.................................................................................. 5
D.
Fungsi-Fungsi
Manajemen........................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 15
BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu manajemen sama usianya dengan
kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya
tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak
langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul
pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di
negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama
revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang
efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan
kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan,
“siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen” apakah hanya digunakan di
perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam
segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang
saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tak
dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang menyentuh,
mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukan
cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Manajemen adalah Seni dan Ilmu tentang perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak
terelakkan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam
organisasi.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana
aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha?
2.
Apa
saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha.
2.
Mengetahui
apa saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha
Salah satu karakteristik yang penting dari badan usaha adalah manajemen
yang baik. Jika suatu badan usaha dikelola dengan baik dapat meningkatkan
kinerja badan usaha dan akan meningkatkan nilai badan usaha bagi para pemegang
saham. Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer.
Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu.
Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan.
Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya
terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu sebagai berikut.
1. Manajemen puncak atau manajer
senior (top management). Adapun tugas dari manajemen puncak adalah
membuat rencana umum badan usaha dan membuat keputusan-keputusan penting. Manajemen puncak (top management), dikenal
pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan
kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief
Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
2. Manajemen menengah (middle
management) memiliki posisi sebagai manajer pabrik atau manajer divisi.
Oleh karena itu, para manajer menengah lebih banyak terlibat dalam kegiatan
proses produksi dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan jangka pendek.
Manajer menengah juga bertanggung jawab membuat rencana operasional untuk
merealisasikan rencana umum dari manajer puncak. Manajemen
tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang
berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.
Manajemen pengawasan atau supervisor garis pertama (lower management)
memiliki posisi sebagai manajer kantor. Manajer pengawas bertugas sebagai
pelaksana rencana yang dibuat oleh manajer menengah. Manajer pengawas juga bertanggung
jawab untuk mengawasi kerja karyawan. Oleh karena itu, para manajer sangat
terlibat dengan para karyawan yang melakukan proses produksi. Manejemen lini pertama (first-line management),
dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan
non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut
penyedia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer
kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi
yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim
karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
B. Peran Manajer
Menurut Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu
manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di
tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1) Peran antar pribadi merupakan peran yang melibatkan
orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini
meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2) Peran informasional meliputi peran manajer sebagai
pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3)
Peran
pengambilan keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai
seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
C. Keterampilan
Manajer
Robert L.
Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut
adalah:
1) Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus
memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian
haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan
atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
2) Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity
skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu
dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan
membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka
kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan
manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3) Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi
manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan
program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola badan usaha, para manajer melakukan fungsi manajemen. Klasifikasi
dari fungsi-fungsi manajemen tersebut berbeda menurut beberapa ahli, di
antaranya sebagai berikut.
1. George R. Terry, membagi fungsi
manajemen menjadi:
a.
Perencanaan (planning);
b.
Pengorganisasian (organizing);
c.
Pelaksanaan (actuating)
d.
Pengendalian (controlling).
Fungsi manajemen dari
G. R. Terry biasa disingkat menjadi POAC.
2. Henry Fayol, membagi fungsi
manajemen menjadi:
a.
Perencanaan (planning);
b.
Pengorganisasian (organizing);
c.
Pemberian komando (commanding);
d.
Pengoordinasian (coordinating);
e.
Pengendalian (controlling).
3. Koontz dan O’Donnell,
membagi fungsi manajemen menjadi:
a.
Perencanaan (planning);
b.
Pengorganisasian (organizing);
c.
Penyusunan pegawai (staffing);
d.
Pengarahan (directing);
e.
Pengendalian (controlling).
4. James Stoner, membagi fungsi
manajemen menjadi:
a.
Perencanaan (planning);
b.
Pengorganisasian (organizing);
c.
Memimpin (leading);
d.
Pengendalian (controlling).
Walaupun fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli berbeda, namun
sebenarnya isi dari fungsi manajemen tersebut sama. Perbedaan tersebut terletak
pada sudut pandang dan fungsi pelaksanaannya. Berikut akan dijelaskan fungsi
manajemen menurut James Stoner.
1. Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi manajemen
sehingga harus dilakukan terlebih dahulu sebelum fungsi-fungsi manajemen
ainnya. Dalam perencanaan, dilakukan pengambilan keputusan mengenai:
a.
Apa yang akan dikerjakan;
b.
Bagaimana pembagian kerjanya;
c.
Kapan mengerjakannya;
d.
Siapa yang akan mengerjakannya.
Perencanaan penting bagi setiap badan usaha dikarenakan perencanaan
merupakan persiapan bagi badan usaha untuk menghadapi kondisi bisnis dimasa
depan. Masa depan tidak dapat dipastikan dan akan selalu berubah-ubah. Untuk
dapat mengantisipasi perubahanperubahan tersebut, salah satunya adalah dengan
membuat perencanaan.
Berkaitan dengan rencana tersebut, dikenal adanya empat jenis rencana,
yaitu sebagai berikut.
a.
Perencanaan strategis, merupakan rencana yang menggambarkan titik berat
bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang. Dalam rencana strategis, tercakup
secara khas tujuan dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
b.
Perencanaan taktis, merupakan rencana yang memiliki skala lebih kecil,
misalnya untuk jangka waktu satu atau dua tahun. Rencana taktis mengacu pada rencana
strategis yang telah dibuat. Rencanarencana taktis dibuat dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang ada, tingkat persaingan, dan perkembangan
teknologi.
c.
Perencanaan operasional, merupakan rencana mengenai cara-cara melaksanakan
kegiatan tertentu supaya berjalan efektif dan efisien untuk mencapai
rencana-rencana taktis.
d.
Perencanaan darurat, merupakan perencanaan alternatif yang dikembangkan
untuk menghadapi berbagai perubahan kondisi bisnis dan berbagai masalah yang
mungkin terjadi.
Perencanaan yang baik
menurut Heidjrachman Ranupandojo harus mengandung tujuh
prinsip, yaitu:
1. Rencana harus memiliki tujuan
yang khas;
2. Ada kegiatan yang diprioritaskan;
3. Melibatkan semua orang;
4. Perencanaan hendaknya telah
diperhitungkan;
5. Rencana harus selalu
diperbaiki;
6. Penanggung jawab perencanaan;
7. Semua rencana selalu bersifat
tentatif dan interim.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi
pengorganisasian adalah kegiatan pengaturan para karyawan dan sumber-sumber
lain dengan cara yang konsisten agar semua pekerjaan yang dilakukan terarah
pada satu tujuan. Untuk itu, dalam pengorganisasian harus dibuat suatu struktur
tugas dan wewenang demi mempermudah tercapainya hasil yang telah direncanakan.
Dengan demikian, fungsi pengorganisasian menjembatani antara kegiatan perencanaan
dan pelaksanaannya. Jika fungsi perencanaan menentukan apa (what) dan
bagaimana (how), fungsi pengorganisasian menentukan siapa (who),
yaitu siapa yang akan mengerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Fungsi
pengorganisasian terjadi secara berkesinambungan selama perusahaan masih
berjalan. Selama berjalannya perusahaan dapat terjadi pe rubahan-perubahan
dalam organisasi yang menyebabkan perubahan tugas dan pekerjaan para karyawan.
Kondisi ini terjadi jika perusahaan melakukan restrukturisasi dalam operasi-operasi
perusahaan.
Jadi, pengorganisasian adalah usaha untuk menentukan
struktur tugas dan wewenang, menentukan pekerjaan yang harus dilakukan,
menentukan garis kegiatan, membentuk sejumlah hubungan di dalam organisasi dan
memilih, menempatkan serta melatih karyawan.
3. Kepemimpinan (Leadership)
Baik buruknya kinerja
karyawan dipengaruhi oleh cara manajer memimpin karyawannya. Oleh karena itu,
dalam memimpin harus dilakukan secara konsisten sejalan dengan rencana strategi
perusahaan. Memimpin tidak hanya memberikan perintah penyelesaian suatu tugas,
melainkan harus dibarengi dengan pemberian insentif agar tugas dapat
diselesaikan dengan baik dan benar.
Fungsi kepemimpinan
merupakan suatu proses memengaruhi kebiasan-kebiasan karyawan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengomunikasikan
tugas kepada karyawan dan cara-cara penyelesaian tugas tersebut. Dalam hal ini,
diperlukan adanya komunikasi yang efektif demi menunjang tercapainya sasaran
bersama. Disamping itu, sikap dan contoh teladan dari pimpinan juga berpengaruh
terhadap gairah kerja karyawan.
Setiap manajer
memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam menjalankan roda organisasi.
Secara umum, gaya kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tiga gaya
kepemimpinan, yaitu otokratis, bebas, dan demokratis.
a.
Otokratis (Authoritarian)
Para manajer yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratis, memiliki kekuasan
penuh untuk mengambil keputusan. Kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab
menjadi monopolinya. Perintah yang diberikan merupakan komando yang harus
diikuti dan tidak boleh dibantah. Manajer seperti ini hampir tidak pernah
memberikan kepercayaan kepada karyawannya.
b.
Bebas (Laissez Faire)
Gaya kepemimpinan bebas (laissez faire) merupakan lawan ekstrim dari
gaya kepemimpinan otokrasi. Manajer yang menerapkan gaya kepimpinan bebas,
memberikan wewenang kepada para karyawannya. Dalam hal ini, hanya ada sedikit
campur tangan dari para manajer. Misalnya, seorang manajer hanya menyampaikan
sasaran-sasaran yang harus dicapai kepada karyawannya dan manajer memberikan
kebebasan kepada karyawannya untuk memilih cara dalam menyelesaikan
sasaran-sasaran tersebut. Jika manajer menerapkan gaya kepemimpinan bebas,
karyawan harus mampu memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
c.
Demokratis (Democratic)
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan
partisipatif. Gaya kepemimpinan ini merupakan gabungan antara gaya kepemimpinan
otokrasi dan laisssez faire. Gaya kepemimpinan demokratis membagi kekuasaan,
wewenang, dan tanggung jawab kepada para karyawannya. Dalam manajemen
partisipatif, manajer mendorong karyawannya untuk menyatakan pendapatnya,
tetapi tidak mengharuskan untuk membuat keputusan yang besar. Berdasarkan hasil
penelitian, gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratis mampu memperbaiki
mutu dan jumlah pekerjaan.
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para manajer dalam mengawasi dan
mengevaluasi hasil yang telah dicapai. Jadi, melalui fungsi pengawasan dapat
diukur seberapa besar hasil yangtelah dicapai dibandingkan dengan hasil yang
telah direncanakan. Dalam melakukan evaluasi tugas, para manajer dapat mengukur
kinerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Standar dapat
pula diterapkan pada jumlah produksi, jumlah biaya, jumlah keuntungan, dan
jumlah penjualan. Alasan menentukan standar adalah untuk mendeteksi dan
mengetahui kekurangan sehingga manajer dapat segera melakukan tindakan koreksi.
Dengan demikian, fungsi pengawasan dapat membantu meningkatkan kinerja
perusahaan.
Fungsi pengawasan
harus dilakukan pada setiap tahap sehingga mudah untuk melakukan perbaikan jika
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Perbaikan yang harus dilakukan bisa
sederhana, bisa pula menyangkut perubahan-perubahan besar. Misalnya, perubahan
struktur dan menyusun rencana baru. Dari uraian tersebut, proses pengendalian
akan mengikuti urutan pelaksanaan mulai dari menetapkan standar, melakukan
pengukuran kinerja, dan mengoreksi penyimpangan. Pengawasan dalam kinerja
manajemen perusahaan sangat dibutuhkan agar semua hal yang dilakukan berjalan
sesuai dengan yang direncanakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer.
Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu.
Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan. Dalam
hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya
terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu Manajer Tingkat Atas, Tingkat Menegah
dan Tingkat Bawah.
2.
Menurut
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada
sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian
mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antar
pribadi, peran informasional dan juga peran pengambilan keputusan.
3.
Robert
L. Katz pada tahun 1970 mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut
antara lain conceptual skill, humanity skill dan dan juga technical
skill.
4.
Fungsi-fungsi
manajemen dalam badan usaha antara lain seperti actuating, organizing,
controlling dan lain sebagainya.