Selasa, 21 Mei 2013

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM-DINASTI FATHIMIYYAH


MAKALAH
DINASTI FATHIMIYYAH
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

550658_154760864655889_1432290722_n (1).jpg

Dosen Pengampu: Drs. Wasmoro Said, M. PdI
Kelompok III:
Nadhifatul Qudsiyah
Nikmatul Mahmudah
Muyassaroh
Murdiyah


PRODI EKONOMI SYARIAH
Sekolah Tinggi Agama IslamSyaikhona Moh. Cholil
(STAIS) Bangkalan
2012-2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam Islam kita telah mengenal banyak dinasti pemerintahan, seperti dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan lain sebagainya. Adanya dinasti-dinasti tersebut merupakan revolusi ke tiga dari bentuk pemerintahan langsung oleh Rasulullah dan masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah Islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah. Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri kedua sekte Islamiyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad kesembilan ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah. Di berbagai daerah yang selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri sendiri (otonom). Di bagian timur Baghdad, muncul dinasti Tahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah, Buwaihiyah, dan Bani Saljuk. Sementara ini di bagian barat, muncul dinasti Idrisiyah, Aglabiyah, Tuluniyah, Fatimiyah, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah.
Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban Islam. Sama halnya pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah telah menoreh sejarah Islam, yang pada awalnya hanya merupakan bangsa jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling menghormati.

B.     Rumusan Masalah
Dari Latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Kapan munculnya dinasti Fathimiyyah?
2.      Bagaimana sistem pemerintahan dinasti Fathimiyyah?
3.      Bagaimana kontribusi dinasti Fathimiyyah dalam peradaban Islam?
4.      Kapan runtuhnya dinasti Fathimiyyah?

C.    Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat ditariktujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui waktu kemunculan dari dinasti Fathimiyyah.
2.      Mengetahui sistem pemerintahan dinasti Fathimiyyah.
3.      Mengetahui kontribusi dinasti Fathimiyyah dalam peradaban Islam.
4.      Mengetahui kapan runtuhnya dinasti Fathimiyyah.















BAB II
PEMBAHASAN


A.    SEJARAH AWAL DINASTI FATHIMIYYAH
Dinasti Fathimiyyah merupakan penguasa negara yang besar berpusat di lembah Nil, Kairo. Kekhalifahan ini berkuasa selama lebih kurang 203 tahun yaitu sejak tahun 909 sampai tahun 1171 M. Cikal bakal dari keKhalifahan Fathimiyyah ini adalah Gerakan Bani Fathimiyyah yang berasal dari kelompok Syi’ah Ismailiyah, mereka mengasingkan diri ke kota Salamah guna menyelamatkan diri dari pengejaran Bani Abbasiyah di bawah pimpinan Khalifah Al-Ma'mun.
Kelompok ini tidak gegabah memperebutkan kursi keKhalifahan. Tetapi mereka terlebih dahulu merebut hati masyarakat dengan gerakan da'wahnya di berbagai daerah sehingga mereka benar-benar dapat menguasai situasi dan mengerti apa yang diinginkan rakyat. Ketidak puasan rakyat kepada Khalifah Abbasiah al-Muktafi merupakan angin segar bagi pemuka Fathimiyyah dalam merebut hati rakyat di Mesir, hingga akhirnya Mesir dapat di kuasai.


B.     PEMBENTUKAN KHALIFAH FATHIMIYYAH
Dinasti atau Khalifah Fathimiyyah ini mengaku sebagai keturunan Saydina Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Rasulillah Muhammad SAW.Atas dasar inilah mereka menisbatkan diri dengan nama Fathimiyyah.
Khalifah pertama mereka adalah ‘Ubaydillah al-Mahdi di samping itu Khalifah Fathimiyyah ini mempunyai pemimpin lain yaitu Ali Ibn Fadhi al-Yamani, Abi Qasyim Khatam Ibn Husain Ibn Hausah al-Kufi, aI-Halawani dan Abu Sufyan. ‘Ubaydillah al-Mahdi; yang telah memulai aktivitas di tahun 909 M. dia datang dari Syuruah ke Afrika Utara, menyamar sebagai pedagang, lalu tertangkap oleh Amir Dinasti Aghlabi ziadallah III dibantu oleh gebernurnya al-Yasa, 'Ubaidillah dipenjarakan di Sijilmasah.[1]Kelompok yang dipimpin Abdullah Asy-syi'i ingin membebaskan 'Ubaydillah dari penjara Sijilmasah, melihat kelompok Asy-syi’i ini al-Yasa merasa takut lalu melarikan diri meninggalkan kediamannya. Dengan demikian Asy-syi'i dapat melepaskan 'Ubaydillah dan anaknya pada waktu itu pula Asy-Syi'i mengangkat ‘Ubaydillah menjadi Khalifah tepatnya di tahun 297/ 909 M.[2] Daulah Fathimiyyah ini berdiri di Afrika dengan ibu kotanya Raqadah di pinggiran kota Kairawan.
Dengan kejadian seperti ini dapatlah dikatakan bahwa 'Ubaydillah dan pendukungnya telah dapat merebut kekuasaan Bani Ahglab secara Defacto. Daerah pusat pemerintahan Ahglab ini dijadikan tempat pemusatan dakwah Syi'ah. 'Ubaydillah memulai aksi politiknya dengan menghilangkan nama Khalifah Bani Abbasiah yang selalu disebut dalam khutbah. Di kota Kairawan 'ubaydillah disambut oleh masyarakat, mereka membai'at dan menyatakan keta'atan terhadap 'Ubaydillah, namanya disebut di dalam khutbah dengan gelar "al-Mahdi Amir al- Mukminin", maka saat itu Daulah Fathimiyyah telah diakui dan resmi berdiri.
Obsesi yang tersirat dalam pendirian Bani Fathimiyyah yang terpenting adalah mencoba menguasai pusat dunia Islam; yaitu Mesir. Hal yang mendorong mereka untuk menguasai Mesir tersebut adalah faktor "Ekomomi" dan "Politik". Ditinjau dari faktor ekonomi Mesir yang terletak di daerah Bulan Sabit yang alamnya sangat subur dan menjajadi daerah lintas perdagangan yang strategis; perdagangan ke Hindia melalui laut Merah, ke Italia dan Laut Tengah Barat, ke kerajaan Bizantium.[3]
Dari segi faktor politik, Mesir terletak di wilayah yang strategis menurut peta politik, daerah ini dekat dengan Syam, Falestina dan Hijaz yang juga merupakan wilayah Mesir sejak Dinasti Tulun. Bila Fathimiyyah dapat menaklukkan Mesir berarti akan mudah baginya untuk menguasai Madinah sebagai pusat Islam masa lampau, serta kota Damaskus dan Bahgdad dua ibu kota ternama di zaman Bani Umayyah dan Bani Abbasiah. Dengan demikian maka nantinya Dinasti Fathimiyah ini akan cepat termasyhur dan di kenal Dunia.
Untuk mencapai hal yang telah dicanangkannya ini 'Ubaydillah al-Mahdi memerintahkan anaknya Qal-Qasim, melakukan ekspedisi ke Mesir, perjalanan ini dilakukan berturut -turut pada tahun 913, 919 dan 925 H, akan tetapi ekspedisi ini tidak berhasil. AI- Muiz, Khalifah keempat dari Dinasti Fathimiyyah melanjutkan rencana penaklukan yang dicita-citakan oleh Khalifah pertama Bani Fathimiyyah ('Ubaydillah al- Mahdi), dia memulai seterategi baru yakni merangkul kelompok Beber yang ingin melekukan pemberontakan terhadap Fathimiyyah, semua kelompok itu dapat ditundukkannya. Setelah itu orang Fathimiyyah mengadakan persiapan yang cermat, disamping itu mereka mengadakan propaganda politik di saat Mesir dilanda bencana kelaparan yang hebat. Jauhar menerobos Kairo lama (al-Fustat) tanpa mengalami kesulitan dia dapat menguasai negeri itu. Seorang pangeran Ikhsidiyah yang bernama Ahmad masih berkuasa pada waktu itu, tetapi rezim Ikhsidiah sudah tidak berfungsi lagi dan tidak memberikan perlawanan kepada tentera Jauhar.[4]Jauhar memasuki Mesir bersama 100.000 tentera.[5] Jauhar mulai membangun kota baru yang diberinya nama al-Qahirah berarti kemenangan di kota ini dia menempatkan bala tenteranya. Serangan ke Mesir ini dilakukan pada tahun 358 H atau 969 M.
Setelah al-Qahirah (Kairo) dibangun; pada tahun 973 M pusat pemerintahan Dinasti Fathimiyyah dipindahkan ke Kairo dan bertahan sampai tahun 1171 M.[6] Kota Kairo juga sebagai tempat kediaman para Khalifah Fathimiyyah. Maka pembentukan kekuasaan (Khilafah) Fathimiyyah ini, tercatat di masa pemerintahan al-Muizz. Persiapan awal yang dijalankan pertama sekali olehnya adalah:
1.      merangkul kelompok yang ingin memberontak
2.      mempersiapkan tentera untuk melakukan penyerangan
3.      membangun jalan raya menuju ke Mesir
4.      menggali sumur-sumur di pinggiran jalan raya menuju ke Mesir
5.      membangun rumah tempat peristirahatan (tentera)
mempersiapkan dana (keuangan guna perbekalan bagi pasukan Fathimiyah.[7] Sebagai Panglima yang dipercayakan memimpin tentera pada penaklukan Mesir itu, Jauhar menjalankan aksi politik Fathimiyah bagi penduduk Mesir yaitu dengan :
1.      memberikan keyakinan kepada penduduk tentang kebebasan mereka menjalankan ibadah menurut agama dan mazhab mereka masing-masing
2.      berjanji akan melaksanakan pembangunan di negeri itu dan akan menegakkan keadila
3.      mempertahankan Mesir dari serangan musuh.[8]
4.      menghapuskan nama-nama khalifah bani Abbasiah yang disebut-sebut dalam do’a ketika shalat jumat dan digantikan dengan nama Khalifah Fathimiyah.
5.      menata pemerintahan Penataan pemerintahan yang dilakukan Jauhar adalah menetapkan kedudukan Ja'afar ibn al-Fadl ibn al-Furat di Mesir, sebagai wazir di Mesir.
Pegawai dari golongan Sunni tetap pada posisi semula ditambah dengan seorang pegawai dari Syi'ah Mahgribi disetiap bagian. Masyarakat Mesir terdiri dari tiga golongan yakni Golongan Sunni, golongan Kristen Koptic dan golongan Syi'ah. Semuanya dibebaskan menjalankan ajaran agamanya masing- masing. Dari setiap mazhab yang ada diangkat seorang kadhi. Dengan demikian masyarakat Mesir yang beraliran Sunni itu tidak merasa khawatir dan tidak menentang pemerintahan yang beraliran Syi’ah IsmaiIiyah ini, rakyat menaruh simpati kepada pemerintahan Fathimiyyah, propaganda Syi'ah yang dijalankan oleh Jauhar ini berhasil.

C.    POLA PEMERINTAHAN
Pola pemerintahan yang dijalankan Fathimiyyah mengikuti pola pemerintahan bani Abbasiah di Bahgdad. Kepemimpinan dikonsentrasikan kepada Khalifah dan dibai'ah lewat seremoni yang megah.
Setelah memerintah selama 22 tahun, al-Mu'iz telah dapat memimpin Negara dengan baik, dapat dikatakan khilafah Fathimiyyah berdiri kokoh, sesudah beliau wafat kepemimpinan Dinasti Fathimiyyah berturut -turut dipimpin Khalifah, al-'Aziz (anak al- Mu'iz), al-Hakim (996M), al-azh-Zahir (1021 M), al-Mustansir (103 M), al-Musta'ali (1094 M , al-Amir (1101 M), al-Hafiz (1131M ), azh-Zhafir (1154 M), al- Fa'iz (1154 M), al-'Adhid (1171 M). Lamanya Dinasti Fathimiyyah berdiri 208 tahun.

D.    POLITIK DAULAH FATIMIAH
Pemahaman syiah pada masa Daulah Fatimiah sangatlah kental terlihat dalam kebijakan politik kenegaraannya, mereka menguatkan pendapat yang sesuia dengan mazhab syiah dan mendahulukan pengamalan agama dengan mengikut pendapat para imamnya dari pendapat para imam sunni, walaupun kebanyakan penduduk Mesir Saat itu bermazhab sunnah.
Ya'qub bin Kalas seorang wazir pada pemerintahan Fatimiah menyusun sebuah kitab fiqh yang disusun berdasarkan mazhab Syiah Isma'iliyah dengan arahan langsung khalifah Al Mu'iz Lidinillah yang berkuasa saat itu. Kitab ini dijadikan sebagai pedoman dalam memustuskan perkara di pengadilan dan fatwa lainnya. Sehingga siapa saja yang menjadi qadhi mesti berpodoman pada kitab ini.
Al Mu'iz Lidinillah memerintahkan bawahannya agar di buat rumah khusus disamping universitas Al Azhar untuk pelatihan dalam rangka memahami kitab tersebut. Wazirnya di perintahkan untuk mendatangkan para fuqaha' yang saat itu berjumlah 35 orang kemudian di beri fasilitas dan gaji yang mencukupi, bukan hanya itu para fuqaha' juga di sediakan tunjangan hari raya dan fasilitas di istana untuk tujuan mengajarkan kitab tersebut kepada masyarakat. Semua itu sebagai motivasi kepada para du'ah yang memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai kitab tersebut dan seluruh biaya tersebut di tanggung oleh khalifah. Sebab khalifah tau bahwa pemerintahannya akan bertahan lama jika ilmu tersebut disebarkan pada masyarakat.

E.     KEMAJUAN KHALIFAH FATHIMIYYAH DI MESIR
Sejak awal berdirinya daulat Fathimiyyah, para pemukanya telah mempunyai perencanaan untuk mencapai kejayaan. Kecemerlangan itu dicapai pada masa al- Aziz Khalifah Fathimiyyah ke-5. Bila diamati dari perjalanan sejarahnya, khalifah Fathimiyyah mempunyai beberapa keistimewaan di berbagai bidang, antara lain: pengaruh para Da’i yang sengaja disebarkan di daerah-daerah yang akan ditaklukkan, maka dengan demikian masyarakat dapat menerima mereka dengan damai. Kegigihan Khalifah yang dimotivasi doktrin-doktrin Syi’i serta kelengkapan militer dan finansial, merupakan sarana untuk kemajuan.

1.      Kemajuan di Bidang Politik
Khalifah Fathimiyyah mengadakan ekspansi ke Mesir yang dipimpim oleh ubaydillah al-Riahdi dengan mengadakan propaganda Syi'i di dukung oleh Da'I masyhur bernama Asy-Syi'i. Sebelum ke Mesir mereka telah dapat menaklukkan Dinasti Aghlabiyah di Ifriqiyah. Dinasti Idrisiyah di Fez, Dinasti Rustamiyah Khariji di  Tahart.[9] Pendudukan Sisilia kemudian melakukan operasi militer di Istambul. Fathimiyah mengumpulkan kekayaan di Ifriqiyah atau a1-Mahdiyah guna persiapan eksvansi ke Timur.[10] Oleh K. hitti dicatatkan bahwa pemerintahan Fathimiyyah ini meluaskan kekuasaannya membentang dari daerah Yaman, sampai ke Laut Atlantik, ke Asia Kecil dan ke Mosul.
Para Khalifah Fathimiyyah mendirikan kota sesuai dengan nama-nama mereka, misalnya, 'Ubaydillah al-Mahdi mendirikan kota al-Mahdiah di Tunisia. Khalifah al-Mansur mendirikan kota al-Mansuriah di tahun 948 M, dan pada masa al-Mu'iz, panglima perangnya Jauhar mendirikan al-Qahirah sebagai ibu kota pemerintahan. Khalifah al-Aziz mengadakan penataan administrasi pemerintahan Fathimiayah (mirip dengan gaya administrasi pemerintahan Baghdad), Kekhalifahan jatuh ketangan anak khalifah jika ayahnya wafat (Monarchi). Putra mahkota hanya satu orang saja.[11] Staf ahli penyusun Administrasi mereka adalah Ya'qub ibn Killis (seorang Yahudi yang memeluk agama Islam). Orang-orang Sunni diberikan jabatan dalam pemerintahan. Pelaksanaan pemerintahan dibantu oleh Wazir Tanfiz yang membawahi dewan, yang terdiri dari:
1)      Dewan Insya', bertanggung jawab pada pembangunan.
2)      Dewan Iradah al-Maliah, bertanggung jawab pada bagian keuangan negara.
3)      Dewan Iradah al-Mahalliyah, urusan pemerintahan Daerah. PEMDA di masa ini dipimpin oleh seorang Gubernur.
4)      Dewan al-Jihad, pada urusan pembangunan angkatan bersenjata.
5)      Dewan Rasail, pelayanan Pos.[12]
Bidang militer diatur sistem kemiliteran dengan tiga jabatan penting, yaitu:
1)      Para Amir, Pegawai Tinggi dan Para Pasukan Pengawal Khalifah, dilengkapi pedang yang terhunus.
2)      Para pegawai, pangawal ketua.
3)      Gelar Hafizhiyah (penjaga) atau Yunusiayah, diberikan kepada Resimen yang lainnya.
Jabatan tertinggi dalam pemerintah pada umumnya diberikan kepada orang Syi’ah. Para pegawai tersebut diberikan gaji yang memuaskan, diberi pakaian dan berbagai hadiah di hari-hari besar tertentu.[13]
2.      Kemajuan di Bidang Ekonomi
Kemajuan bidang ekonomi sangat nyata bagi rakyat Mesir di masa pemerintahan Fathimiyah, penghasilan utama mereka, dari bidang pertanian karena tanahnya sangat subur-subur, bidang perdagangan dan perindustrian. Mesir merupakan negara agraris yang amat subur maka perhatian pemerinta disektor ini besar sekali, irigasi dibangun untuk mengalirkan air dari sungai Nil kelahan-lahan pertanian, endapan lumpur dari sungai Nil ini menyuburkan tanaman mereka. Penghasilan meraka kurma, gandum, kapas, gula dari tebu, bawang, dan lainnya. Mereka juga mengusulkan kayu yang digunakan untuk membangun dermaga dan kapal-kapal laut atau kapal dagang.[14]
Perindustrian Mesir, menghasilkan tekstil, kain sutra, dan wol yang mereka eksport ke negara Eropah. Industri kerajinan Mesir menghasilkan karya yang bermutu seperti kiswah Ka’bah yang sulam dengan benang emas. Pembuatan Kristal dan keramik, mereka juga mendapatkan incam dari hasil tambang besi, baja, dan tembaga.
Khalifah al-Mu’iz memprakarsai berdirinya pabrik tekstil yang memproduksi pakaian para pegawai pemerintah.
Bidang perdangangan berkembang pesat dan mendapat dukungan dari pemerintah, tidak pernah ada hambatan dan kerusuhan dalam kehidupan mereka, maka para pedagang dari berbagai penjuru berdatangan ke daerah ini, jadilah Mesir sebagai sentral dagang. Pusat perdagangan itu kota Fustat, Kairo, Diniyat, dan Quas dan Iskandariah sebagai kota pelabuhan juga pusat perdagangan internasional. Ya’qub ibn Killis, membuat sistem pajak yang dijalankan Dinasti Fathimiyyah di zaman al-Mu’iz, hasil pajak diFustat satu hari mencapai 50.000 sampai 120.000 dirham.
Dari Dimyat, Asymun diperoleh hasil pajak lebih dari 220 dirham per hari. Pada masa Wazir al-Hasan ibn. ‘Ali al-Yazuri, hasil pajak yang diperolehnya ± 2.000.000 dinar per tahun. Dari Syam 1 juta dinar per tahun.[15] Dapat disimpulkan: Di bawah Fathimiyyah, Mesir dan Kairo mengalami kemakmuran ekonomi dan vitalitas kultural yang mengungguli Irak dan Bahgdad.

3.      Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan
Kecenderungan para Khalifah Fatimiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terlihat sejak zaman al-Muiz, usaha untuk merealisasikan tujuan mereka dijalankan dengan cara melakukan propaganda yang pa dat keseluruh propinsi para da’i secara terstruktur dikepalai oleh seorang da’I Dakwah yang disamapikan bertujuan untuk menyampaikan doktrin agama dan mengimbau rakyat agar berpendidikan tinggi.[16]
Pendidikan tersebut diutamakan pada sains-sains Yunani, keterbukaan pada pemikiran filsafat Yunani membawa kepada pencapaian ilmiah yang tertinggi di Kairo di bawah pemerintahan Bani Fathimiyyah, meraka mengembangkan Risalat Ikhwanu s- Safa, sebuah karya dihasilkan di Basrah. Risalat ini merupakan sebuah ensiklopedia mengenai saint Yunani, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan di dunia masa datang. Karya yanng dihasilkan masa Fathimiyyah itu lebih ilmiah dan lebih filsafati. Pada masa Khalifah al-Aziz (975 M), semangat intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran orang Mesir, dapat mengungguli lawan-lawannya. Al-Aziz berusaha merubah fungsi Mesjid al-Azhar yang dibangun oleh Jauhar, menjadi sebuah Universitas yang pertama di Mesir, yang merupakan waqaf dari al-Azizi sendiri. Universitas ini direktrut mahasiswa dari seluruh negara Islam dengan fasilitas yang lengkap, asrama mahasiswa, makanan, dan beasiswa.[17] Di Universitas ini diajarkan berbagai cabang ilmu pengetahuan: fikih, sejarah,dan sastra. Sampai saat ini Universitas al-Azhar sangat terkanal dan lebih maju.
Pada masa Khalifah al-Hakim (996 M), didirikan dar al-Hikmah yaitu tahun1005 M, akademi ini dilengkapi dengan perpustakaan (Dar al-‘Ulum); di sini diajarkan ilmu pengetahuan agama dan sains seperti fisika, astronomi, kedokteran. Akademi ini didirikan untuk menandingi Universitas di Cordova, ia juga membangun observatorium, di Mesir di al-Muqatan dan Siria.
Di masa al-Mustansir dibangu perpustakaan negara yang memiliki 200.000 eksemplar buku; Fiqih, Sastra, fisika, kimia, dan kedokteran. Ibn Killis seorang pecinta ilmu mendirikan sebuah akademi dan menyediakan dana beribu dinar setiap bulannya untuk pengembangan ilmu.[18] Kegiatan ilmiah diadakan di Dar al-hikmah, dalam bentuk penelaahan, diskusi, mengarang dan menulis. Beberapa ilmuan yang aktif dimasa ini: Abu Hanifah al-Maghribi, ahli agama dan ulama Syi’ah Ismaili. Di bidang sejarah, Hasa Ibn ali bin Zulhag, Abu Hasan Ali al-Syabsyata, Ibn Hammad, Muhammad ibn Yusuf al-Kindidan Ibn Salamah al-Quda’i.
Di bidang filsafat al-Razi, al-Kindi, Abu Ya’qub, Jakfar ibn Mansur, tokoh ilmu kedokteran, Abu abd allah, tokoh matematika abu Ali Muhammad al-Haitami, tokoh ilmu kimia , fisika, dan optik, Ibn haisyam dan yang Mansyur di bidang ilmu bintang (astronomi), Ali bin Yunus dan Jiz bin Yunus.[19]
Ahli optik yang menulis buku tentang penyakit mata ke dalam bahasa Latin antara lain; Ibn Haitami dikenal juga dengan al-Hazan bukunya “Al-Manazir”, Amri Ali “al- Muntakhab fi ‘Ilaj al-“Aini”, Isa “Tazkirah”. Tokoh di bidang sastra, Abu al-Hamid ai-Anthaqi, Ibn Hani, Ibn Abi Jar, Abu hamid Ahmad dan Abdu al-Wahhab ibn Nashr. Arsitektur Fathimiyyah dipengaruhi gaya seni Persia tercermin dalam bangunanbangunan Mesjid al-Azhar, al- Hakim, al-Shalih lalu tergambar juga pengaruh Tulun, Afrika Utara, yaitu pada kuburan yang dibangun. Kubur Athiqah, al-ja’fari. Wazir Badr al Jamali membangun tembok kota Kairo dengan tiga buah pintu gerbang yang indah yang dinamainya dengan Bab Zuwayli, Ba, an-Nasr dan Bab al-Futuh. Dari segi seni sastra dan arsitektur Mesir belum bisa mengalahkan keindahan seni di Bahgdad.

4.      Bidang kebudayaan dan Keagamaan
Menjadikan mesjid sebagai tempat pendidikan agama walaupun yang dimaksud untuk mengembangkan ideology mereka. Ada sebuah mesjid yang yang kemudiannya menjadi universitas Al Azhar. Khalifah juga membiayai para fuqaha dan du'ah yang menyebarkan ilmu pengetahuan. Hai ini membuktikan bahwa khalifah mencintai ilmu dan suka pada kemajuan.

5.      Universitas Islam Al Azhar Kairo
Jami Al Azhar didirikan bersamaan dengan masuknya kekuasaan Fatimiyin di Kairo, tepatnya setelah beberapa bulan kekuatan fatimiyin memasuki Kairo, pembangunan jami Al Azhar memakan waktu kurang lebih dua tahun, yang kemudian dibuka secara resmi oleh Jauhar al Shaqali29 dengan shalat jumat pada tanggal 7 Ramadhan 361 H / 21 Juni 972 M. Sedang Al Muiz Lidinillah baru datang dari Maroko masuk Kairo setahun kemudian.
Jami Al Azhar mempunyai penghargaan tersendiri dari para khalifah fatimiyin, dibalik itu mereka ingin menjadikannya markas penyebaran faham syiah. Di sekitarnya dibangun rumah bagi mereka yang mengajar pada Al azhar, dari sinilah dimulainya pengajaran di jami Al Azhar.
Dalam blantika dunia keilmuan, Al Azhar merupakan universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun di seluruh dunia. Karena universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan dua abad setelah berdirinya Al Azhar, seperti Universitas Paris didirikan pada abad ke-12 Masehi, Universitas Oxford di Inggris pada abad ke-13, demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya. Universitas yang mengimbangi Al Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas Qarawain di Kota Fas Maroko, bahkan ada yang mengatakan bahwa Jami Al Qarawain adalah Universitas tertua di dunia, karena pengajarannya sudah bermula sejak didirikannya yaitu sejak tahun 245 H/ 859 M. dan sampai sekarang masih eksis.
Al Azhar merupakan Univesitas pertama yang para pengajarnya didanai oleh negara, serta posisi Mesir yang strategis di tengah dunia Islam, menjadikan Al Azhar tempat tujuan menimba ilmu agama dari para masyayikhnya, hanya saja besarnya kedudukan Al Azhar bukan karena tertua atau tidaknya, namun karena mutunya yang unggul.
Dalam kekuasaan daulah Fatimiah Jami Al Azhar mengalami beberapa kali renovasi, seperti pada masa al Hakim Biamrillah, al Mustanshir Billah, dan Al Hafidz Lidinillah. Terlihat hingga sekarang hasil renovasi yang dilakukan oleh Al Hafidz Lidinillah dengan peninggalannya qubah yang dihiasi dengan tulisan ayat-ayat Al Quran dengan khath kufi dan bermacam-macam hiasan yang indah.

F.     KERUNTUHAN DAULAH FATIMIAH
Pada tahun 558 H/1163 M, panglima Asasuddin Shirkuh membawa Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir. Usahanya berhasil. Khalifah Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan tetapi, Wazir besarnya Shawar merasa iri melihat kekuasan Syirkuh semakin besar. Dengan sembunyi-sembunyi Shawar pergi ke Baitul Maqdis, meminta bantuan pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh dari Mesir.
Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Almeric dari Jerussalem menerima permintaan tersebut. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asasuddin Shirkuh dengan Raja Almeric yang berakhir dengan kekalahan Asasuddin Shirkuh.
Setelah menerima syarat damai dari kaum Salib, panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin diperbolehkan pulang ke Damsyik. Kerjasama Wazir besar Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan raja Nuruddin Zanki dan para pemimpin Islam lainnya termasuk raja Baghdad. Lalu dipersiapkannya tentara besar yang tetap dipimpin oleh panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si pengkhianat Shawar.
Panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin mulai maju ke ibu kota Kairo dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Suatu hari panglima Shalahuddin Al-Ayyubi berziarah ke makam orang shaleh di Mesir, ternyata Wazir Besar Shawar dijumpai bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap dan dibawanya ke istana untuk dihukum mati.

G.    SEBAB-SEBAB KEHANCURAN DAULAH FATHIMIYYAH
Banyak sekali sebab-sebab yang membawa hancurnya Daulah fatimiah di Mesir, seperti berikut:
1)      Penyerangan yang dilakukan oleh Salahuddin Al Ayubi.
2)      Munculnya ulama-ulama besar seperti Abu Ishaq Asy Syairazi, Ibnu Jauzi dan lain-lain dalam memberi peringatan tentang bahaya ideologi Syiah.
3)      Kembali Khilafah Abbasiah berpegang pada Al Qur'an dan Sunnah dimana sebelumnya yang berkuasa adalah Dinasti Buwaih berfaham Syiah (320 H – 447 H).
4)      Perlawanan masyarakat Mesir yang semakin meluas terhadap ajaran Syiah yang di bawa oleh Daulah Fathimiyyah.
5)      Khilafah Abbasiah al-Qadir billah Amirul Mukminin pada tahun 480 H meminta Fuaqaha' Mukatazilah bertaubat dan melarang mereka mempelajari hal-hal yang bertentangan dengan Islam, termasuk juga melarang masyarakat berideologi seperti Syiah serta menjauhkan diri dari perbuatan bid'ah.
6)      Penangkapan pengikut Syiah, Qaramithah dan di umumkan diatas mimbar tentang kesesatan pahaman tersebut.
7)      Seruan dan taktik yang di buat oleh khalifah semakin membuat bani Buwaih tertekan dan lemah, sehingga membuat kekuatan Syiah berada pada taraf yang sangat lemah.




PENUTUP


Dinasti Fathimiyyah merupakan penguasa negara yang besar berpusat di lembah Nil, Kairo. Kekhalifahan ini berkuasa selama lebih kurang 203 tahun yaitu sejak tahun 909 sampai tahun 1171 M. Cikal bakal dari keKhalifahan Fathimiyyah ini adalah Gerakan Bani Fathimiyyah yang berasal dari kelompok Syi’ah Ismailiyah, mereka mengasingkan diri ke kota Salamah guna menyelamatkan diri dari pengejaran Bani Abbasiyah di bawah pimpinan Khalifah Al-Ma'mun.
Pola pemerintahan yang dijalankan Fathimiyyah mengikuti pola pemerintahan bani Abbasiah di Bahgdad. Kepemimpinan dikonsentrasikan kepada Khalifah dan dibai'ah lewat seremoni yang megah. Berbagaikemajuan diraih pada masa dinastiFathimiyyah ini,mulai darikemajuan dalambidang ekonomi, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan yang lainnya hingga dapat berdiri perguruan tinggipertama didunia yaitu Universitas Al-Azhar yang bermarkas di Kairo, Mesir sampai sekarang.
Runtuhnya dinasti ini berawal pada tahun 558 H/1163 M, yang mana panglima Asasuddin Shirkuh membawa Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir. Usahanya berhasil. Khalifah Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan tetapi, Wazir besarnya Shawar merasa iri melihat kekuasan Syirkuh semakin besar. Dengan sembunyi-sembunyi Shawar pergi ke Baitul Maqdis, meminta bantuan pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh dari Mesir.






DAFTAR PUSTAKA


Hitti, K. Philip. 1970. History of the Arab. London: Macmillan Press.
Al- Din al Surur, Jamal Muhammad. 1979.  Al-Daulah al-Fathimiah fi Mishri, Dar al-fikri. Lebanon: Dar el-Kutb.
Watt Montgomory. W. 1990. Kerajaan Islam. Yogya: Tiara Wacana
Syalabi, Ahmad.1979. Mausu’at al-Tarikh al-Islami wa al-Mishriyah. Cairo: Dar ats-Tsaqafah
Surur Jamaluddin Muhammad. 1960. Misr fi ‘Asr ad-Daulah Fathimiyah. Cairo:
            Maktabah an-Nahdhah.
Hasan Ibrahim Hasan. 1958. Tarikh al-Daulah al-Fathimiyah Multazamah al-Nasr wa th-Tha. Mesir: tp.
Mahram abd Salam.1957. Tarikh ad- Daulah al-Fathimiyah Taba’ah Lajna at-Ta’lif. Cairo: tp.