Rabu, 14 Oktober 2015

Hal-Hal Yang Harus Dimiliki Sebelum Masuk ke Bangku Sekolah

Menjalani hari-hari di bangku sekolah dan dituntut untuk berinteraksi terus-menerus dengan para warga sekolah (siswa, guru dan lain-lain) merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Di antara berjuta moment yang pernah kita lalui di sekolah, pasti banyak pula pengalaman yang tidak menyenangkan bahkan masih terngiang sampai sekarang. Hal tersebut terjadi karena lingkungan sekolah yang abstrak hingga kita tak mampu untuk mengatasinya. Hingga akhirnya kita berpikir bahwa masa sekolah adalah masa yang tidak menyenangkan. 
Lalu apa saja hal yang harus dimiliki anak agar kita menjadi siswa yang 'bahagia'? Ikuti tips di bawah ini.

1. Kemauan
Sebelum masuk ke bangku sekolah, pastikan anak sudah ditanamkan suatu keyakinan agar memiliki kemauan untuk sekolah, meskipun kemauan mereka untuk sekolah hanya sekadar ingin bermain dan jajan enak. Kemauan tersebut lambat laun akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih bermakna seiring tumbuh kembang anak, seperti mereka ingin sekolah karena ingin menjadi anak yang pintar dan berwawasan luas.

2. Percaya diri
Percaya diri adalah hal utama yang harus ditanamkan sejak dini untuk anak-anak bahkan sebelum mereka masuk ke bangku sekolah. Percaya diri merupakan bekal yang sangat penting karena mereka akan cenderung siap dan berani untuk menghadapi keadaan apapun yang terjadi di sekolah baik itu hal yang menyenangkan dan meyedihkan tanpa harus selalu bersembunyi dibalik 'badan' sang ibu. 

3. Disiplin
Sebelum memasukkan anak ke sekolah, kita harus membiasakan anak untuk selalu disiplin dalam melakukan hal apapun di rumah, seperti bangun tepat waktu, menaruh barang-barang pada tempatnya dan tidak mebuang sampah sembarangan. Hal tersebut akan berlanjut sampai ke bangku sekolah seperti masuk tepat waktu, mengerjalan PR dirumah dan lain sebagainya.

4. Sportif
Sportif mwrupakan hal yang harus dimiliki oleh semua peserta didik di sekolah. Sportif yakni berprilaku jujur dan menghargai sesama teman.

5 Tipe 'Anak Pintar' di Sekolah yang Sering Kita Jumpai



Hello Guys! Kalian yang lagi atau udah ngerasain indahnya bangku sekolah mulai dari masa SD sampai SMA pasti dong masih inget (dikit-dikit) siapa aja sih anak yang paling pinter atau berprestasi di kelas? Kalo udah inget, diantara temen-temen kita yang pinter itu pasti punya karakter dan spesifikasi dari kepinteran mereka masing-masing, kan? Kali ini aku akan nge-share tentang karakter-karakter tersebut sesuai pengamatan aku dulu waktu masih sekolah. Check this one OUT! 


1. Si People (PINTER tapi PELIT)
Ini adalah karakteristik anak pinter yang paling banyak kita temui di kelas (mungkin di seluruh sekolah di Indonesia). Ya jelas lah ya, secara logika mana mau orang yang udah belajar mati-matian di rumah demi nilai yang bagus, hasil PR-nya rela buat dicontekin begitu aja? The answer is absolutely NO! 
Sikap pelit ini berlaku juga ke sahabat atau temen sebangku (biasanya dia berdalih atas nama sportifitas dan kejujuran dalam belajar). Si People (PINTER tapi PELIT) ini biasanya menyiasati temen yang mau nyontek dengan cara: 
· Masuk kelas pas guru udah masuk kelas juga (jadi kan gak ada waktu tuh, buat temen yang mau minta contekan PR). 
· Pura-pura budek (gak denger) pas dipanggil temen. 
· Ngomong ‘bentar dulu yaa..’ sambil nulis-nulis alias sok sibuk. 
· Ngomong ke temen kalo dia belum selesai juga PR-nya. 
· Ngomong kalo PR yang dia buat jawabannya asal-asalan (gak layak buat jadi bahan contekan) lalu nyuruh kita agar nyontek ke temen yang lain. 

Anyway, (si People) melakukan point-point seperti di atas kadang-kadang emang niatnya baik, yaitu ingin membuat temen-temen jadi pribadi yang bertanggung jawab dan jujur di kelas, tapi di sisi lain dia gak akan bisa menghindari sebutan ‘pelit’ dari temen kelasnya. Tetep aja kali, temen langsung paham bahwa dia sebenernya emang ‘p-e-l-i-t’ dan memaklumi. Walhasil nih temen akan males (kapok) dan gak akan minta contekan lagi ke si People ini. Isn’t it?!

2. Si Peader (PINTER tapi DERMAWAN)
Yang ini juga gak kalah banyak kok dari si People. Si Peader (PINTER tapi DERMAWAN) ini emang nge-hits dan dijunjung banget sama temen sekelas. Pamornya bahkan bisa ngalahin para guru. Kenapa? Karena si Peader ini diibaratkan sebagai Dewa atau Dewi Penolong bagi seluruh siswa yang sedang didera kesusahan (wow...hahaha). 
Saking baiknya, sometimes si Peader ini bahkan ‘nawarin’ buku hasil PR-nya dengan cuma-cuma ke temennya sambil duduk nimbrung mendampingi temen yang sedang nyontekin bukunya takut ada pertanyaan atau tulisan yang gak dimengerti. Dia juga gak mempermasalahkan apakah nilainya akan sama atau malah lebih rendah dari yang lain (namanya juga dermawan).
Karena kebaikan hatinya pula, si Peader punya banyak banget temen fanatik yang siap sedia untuk melayani dan membelanya jika terjadi sesuatu di sekolah.
Kebanyakan Si Peader ini pembawaannya itu kalem dan murah senyum, tapi ada juga kok yang kocak dan nyablak saking friendly-nya dia ama sesama temen. Dari kebaikan hati si Peader ini pula, membuat temen-temen jadi tambah males belajar karena semua tugas sekolah itu sudah ditanggung si Peader nanti pas di kelas. Haduh Peader, baik dalam ketidak jujuran gak boleh juga tau! Oops..

3. Si Pealic (PINTER tapi LICIK)
Posisi si Pealic ini ada di antara si People dan si Peader. Artinya, dia gak pelit dan tapi juga gak dermawan. Berbeda dengan si People yang sampai ‘rela’ gak punya temen karena sikap pelitnya, si Pealic ini pengen tetep banyak temen kaya si Peader, Cuma dia menyiasatinya dengan kelicikan yang dia buat dan seringkali kelicikan tersebut gak disadari oleh para Conteker (temen-temen yang mau nyontek). What?! 
For example, ada banyak temen yang udah nungguin kedatangan si Pealic untuk minjem buku hasil PR-nya. Si Pealic ini biasanya gak akan ngasih bukunya langsung ke tangan temen. Tapi dia ngasih tau jawabannya ‘asal-asalan’ aja lewat mulut tanpa perlu memperlihatkan buku hasil PR-nya. Temen-temen biasanya langsung percaya aja dan nulis apa aja yang dikatakan/didiktekan si Pealic, padahal itu jawabannya salah, kurang lengkap atau gak mirip-mirip banget loh!. Cara ini biasa dipake si Pealic agar nilainya gak sama dengan yang nyontek, sekaligus juga gak kehilangan temen karena terhindar dari image ‘pelit’. So, it was safe and good idea for si Pealic.

4. Si Peamush (PINTER tapi MUSIMAN)
Si Peamush ini labil alias unpredictable. Disebut demikian karena dia kadang dermawan dan pelit secara tiba-tiba. Dia (si Peamush) tau banget PR atau tugas sekolah mana yang gak masuk ke buku Raport (tugas sekolah yang gak krusial) dan tugas atau ujian mana yang dimasukin ke nilai raport (tugas sekolah yang krusial). Intinya dia milih-milih moment untuk ‘rela’ ngasih buku hasil PR-nya atau jawaban pas ujian. 
Kalo tugasnya gak krusial, biasanya dia sih baik banget dan ngasih bukunya buat dicontekin. Tapi jangan harap kebaikan itu akan terus berlanjut saat ujian semester apalagi ujian akhir. Gak akan! Dia bisa tiba-tiba jadi budek dan pelit banget saat dipanggil temen yang minta bantuan jawaban atau bilangnya gak tahu atau belom selesai jawabannya. Nyebelin banget kan si Peamush ini vroh?!

Senin, 12 Oktober 2015

PENGANTAR MANAJEMEN: APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

MAKALAH




OLEH;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)
















YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015







APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah PENGANTAR MANAJEMEN
Dosen Pembina:  Drs. Zahid Dhofir, M.Pd



OLEH ;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)














YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan karena berkat berkat rahmat Allah SWT makalah  yang berjudul: “Aplikasi Tiga Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha”  ini dapat penulis selesaikan sesuai yang direncanakan. Salam dan shalawat semoga selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, semoga pertolongan dan syafaat beliau terlimpahkan kepada kita sekalian. Amin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata Kuliah Manajemen Strategis Semester VII tahun akademik 2014/2015 Prodi Ekonomi Syariah pada STAI Syaichona Moh.Cholil Bangkalan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya  kepada Dosen Pembina Bapak Drs. Zahid Dhofir, M.Pd sebagai Dosen Pembina mata kuliah Ekonomi Syariah. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman Prodi Ekonomi Syariah Semester VII senasib seperjuangan dalam menempuh mata kuliah ini.
      
      Bangkalan,  13 September 2015
Penulis


Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang mengkaji tentang Strategi Bisnis khususnya mahasiswa Ekonomi Syariah STAIS Bangkalan.






DAFTAR ISI


                                                                                                                    Halaman                                                                                                                                            
Halaman  Judul.................................................................................................     i
Kata Pengantar.................................................................................................    ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................   iii

BAB I  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.............................................................................................    1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................    2
C.       Tujuan Makalah............................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha................................................    3
B.       Peran Manajer..............................................................................................    5 
C.       Keterampilan Manajer..................................................................................    5
D.      Fungsi-Fungsi Manajemen...........................................................................    7

BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan.................................................................................................. 15

BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 16


  
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Ilmu manajemen sama usianya dengan kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan, “siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen” apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tak dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi.

B.  Rumusan masalah
1.        Bagaimana aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha?
2.        Apa saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha?

C.  Tujuan
1.      Mengetahui aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha.
2.      Mengetahui apa saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha
Salah satu karakteristik yang penting dari badan usaha adalah manajemen yang baik. Jika suatu badan usaha dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja badan usaha dan akan meningkatkan nilai badan usaha bagi para pemegang saham. Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer. Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu sebagai berikut.
1.      Manajemen puncak atau manajer senior (top management). Adapun tugas dari manajemen puncak adalah membuat rencana umum badan usaha dan membuat keputusan-keputusan penting. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2.      Manajemen menengah (middle management) memiliki posisi sebagai manajer pabrik atau manajer divisi. Oleh karena itu, para manajer menengah lebih banyak terlibat dalam kegiatan proses produksi dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan jangka pendek. Manajer menengah juga bertanggung jawab membuat rencana operasional untuk merealisasikan rencana umum dari manajer puncak. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.      Manajemen pengawasan atau supervisor garis pertama (lower management) memiliki posisi sebagai manajer kantor. Manajer pengawas bertugas sebagai pelaksana rencana yang dibuat oleh manajer menengah. Manajer pengawas juga bertanggung jawab untuk mengawasi kerja karyawan. Oleh karena itu, para manajer sangat terlibat dengan para karyawan yang melakukan proses produksi. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyedia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
B. Peran Manajer
Menurut Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1)      Peran antar pribadi merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2)      Peran informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3)      Peran pengambilan keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
C. Keterampilan Manajer
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1)      Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2)      Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi  diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3)      Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola badan usaha, para manajer melakukan fungsi manajemen. Klasifikasi dari fungsi-fungsi manajemen tersebut berbeda menurut beberapa ahli, di antaranya sebagai berikut.
1.    George R. Terry, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.       Perencanaan (planning);
b.      Pengorganisasian (organizing);
c.       Pelaksanaan (actuating)
d.       Pengendalian (controlling).
Fungsi manajemen dari G. R. Terry biasa disingkat menjadi POAC.
2.      Henry Fayol, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.     Pemberian komando (commanding);
d.   Pengoordinasian (coordinating);
e.    Pengendalian (controlling).

3.      Koontz dan O’Donnell, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.    Penyusunan pegawai (staffing);
d.   Pengarahan (directing);
e.    Pengendalian (controlling).
4.      James Stoner, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.    Memimpin (leading);
d.   Pengendalian (controlling).
Walaupun fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli berbeda, namun sebenarnya isi dari fungsi manajemen tersebut sama. Perbedaan tersebut terletak pada sudut pandang dan fungsi pelaksanaannya. Berikut akan dijelaskan fungsi manajemen menurut James Stoner.
1.    Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi manajemen sehingga harus dilakukan terlebih dahulu sebelum fungsi-fungsi manajemen ainnya. Dalam perencanaan, dilakukan pengambilan keputusan mengenai:
a.         Apa yang akan dikerjakan;
b.         Bagaimana pembagian kerjanya;
c.         Kapan mengerjakannya;
d.        Siapa yang akan mengerjakannya.
Perencanaan penting bagi setiap badan usaha dikarenakan perencanaan merupakan persiapan bagi badan usaha untuk menghadapi kondisi bisnis dimasa depan. Masa depan tidak dapat dipastikan dan akan selalu berubah-ubah. Untuk dapat mengantisipasi perubahanperubahan tersebut, salah satunya adalah dengan membuat perencanaan.
Berkaitan dengan rencana tersebut, dikenal adanya empat jenis rencana, yaitu sebagai berikut.
a.         Perencanaan strategis, merupakan rencana yang menggambarkan titik berat bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang. Dalam rencana strategis, tercakup secara khas tujuan dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
b.        Perencanaan taktis, merupakan rencana yang memiliki skala lebih kecil, misalnya untuk jangka waktu satu atau dua tahun. Rencana taktis mengacu pada rencana strategis yang telah dibuat. Rencanarencana taktis dibuat dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang ada, tingkat persaingan, dan perkembangan teknologi.
c.         Perencanaan operasional, merupakan rencana mengenai cara-cara melaksanakan kegiatan tertentu supaya berjalan efektif dan efisien untuk mencapai rencana-rencana taktis.
d.        Perencanaan darurat, merupakan perencanaan alternatif yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai perubahan kondisi bisnis dan berbagai masalah yang mungkin terjadi.
Perencanaan yang baik menurut Heidjrachman Ranupandojo harus mengandung tujuh prinsip, yaitu:
1.    Rencana harus memiliki tujuan yang khas;
2.    Ada kegiatan yang diprioritaskan;
3.    Melibatkan semua orang;
4.    Perencanaan hendaknya telah diperhitungkan;
5.     Rencana harus selalu diperbaiki;
6.    Penanggung jawab perencanaan;
7.    Semua rencana selalu bersifat tentatif dan interim.
2.  Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi pengorganisasian adalah kegiatan pengaturan para karyawan dan sumber-sumber lain dengan cara yang konsisten agar semua pekerjaan yang dilakukan terarah pada satu tujuan. Untuk itu, dalam pengorganisasian harus dibuat suatu struktur tugas dan wewenang demi mempermudah tercapainya hasil yang telah direncanakan. Dengan demikian, fungsi pengorganisasian menjembatani antara kegiatan perencanaan dan pelaksanaannya. Jika fungsi perencanaan menentukan apa (what) dan bagaimana (how), fungsi pengorganisasian menentukan siapa (who), yaitu siapa yang akan mengerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Fungsi pengorganisasian terjadi secara berkesinambungan selama perusahaan masih berjalan. Selama berjalannya perusahaan dapat terjadi pe rubahan-perubahan dalam organisasi yang menyebabkan perubahan tugas dan pekerjaan para karyawan. Kondisi ini terjadi jika perusahaan melakukan restrukturisasi dalam operasi-operasi perusahaan.
Jadi, pengorganisasian adalah usaha untuk menentukan struktur tugas dan wewenang, menentukan pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan garis kegiatan, membentuk sejumlah hubungan di dalam organisasi dan memilih, menempatkan serta melatih karyawan.
3.  Kepemimpinan (Leadership)
Baik buruknya kinerja karyawan dipengaruhi oleh cara manajer memimpin karyawannya. Oleh karena itu, dalam memimpin harus dilakukan secara konsisten sejalan dengan rencana strategi perusahaan. Memimpin tidak hanya memberikan perintah penyelesaian suatu tugas, melainkan harus dibarengi dengan pemberian insentif agar tugas dapat diselesaikan dengan baik dan benar.
Fungsi kepemimpinan merupakan suatu proses memengaruhi kebiasan-kebiasan karyawan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengomunikasikan tugas kepada karyawan dan cara-cara penyelesaian tugas tersebut. Dalam hal ini, diperlukan adanya komunikasi yang efektif demi menunjang tercapainya sasaran bersama. Disamping itu, sikap dan contoh teladan dari pimpinan juga berpengaruh terhadap gairah kerja karyawan.
Setiap manajer memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam menjalankan roda organisasi. Secara umum, gaya kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tiga gaya kepemimpinan, yaitu otokratis, bebas, dan demokratis.
a.    Otokratis (Authoritarian)
Para manajer yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratis, memiliki kekuasan penuh untuk mengambil keputusan. Kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab menjadi monopolinya. Perintah yang diberikan merupakan komando yang harus diikuti dan tidak boleh dibantah. Manajer seperti ini hampir tidak pernah memberikan kepercayaan kepada karyawannya.
b.    Bebas (Laissez Faire)
Gaya kepemimpinan bebas (laissez faire) merupakan lawan ekstrim dari gaya kepemimpinan otokrasi. Manajer yang menerapkan gaya kepimpinan bebas, memberikan wewenang kepada para karyawannya. Dalam hal ini, hanya ada sedikit campur tangan dari para manajer. Misalnya, seorang manajer hanya menyampaikan sasaran-sasaran yang harus dicapai kepada karyawannya dan manajer memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk memilih cara dalam menyelesaikan sasaran-sasaran tersebut. Jika manajer menerapkan gaya kepemimpinan bebas, karyawan harus mampu memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
c.    Demokratis (Democratic)
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini merupakan gabungan antara gaya kepemimpinan otokrasi dan laisssez faire. Gaya kepemimpinan demokratis membagi kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab kepada para karyawannya. Dalam manajemen partisipatif, manajer mendorong karyawannya untuk menyatakan pendapatnya, tetapi tidak mengharuskan untuk membuat keputusan yang besar. Berdasarkan hasil penelitian, gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratis mampu memperbaiki mutu dan jumlah pekerjaan.
4.  Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para manajer dalam mengawasi dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai. Jadi, melalui fungsi pengawasan dapat diukur seberapa besar hasil yangtelah dicapai dibandingkan dengan hasil yang telah direncanakan. Dalam melakukan evaluasi tugas, para manajer dapat mengukur kinerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Standar dapat pula diterapkan pada jumlah produksi, jumlah biaya, jumlah keuntungan, dan jumlah penjualan. Alasan menentukan standar adalah untuk mendeteksi dan mengetahui kekurangan sehingga manajer dapat segera melakukan tindakan koreksi. Dengan demikian, fungsi pengawasan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan.
Fungsi pengawasan harus dilakukan pada setiap tahap sehingga mudah untuk melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan-penyimpangan. Perbaikan yang harus dilakukan bisa sederhana, bisa pula menyangkut perubahan-perubahan besar. Misalnya, perubahan struktur dan menyusun rencana baru. Dari uraian tersebut, proses pengendalian akan mengikuti urutan pelaksanaan mulai dari menetapkan standar, melakukan pengukuran kinerja, dan mengoreksi penyimpangan. Pengawasan dalam kinerja manajemen perusahaan sangat dibutuhkan agar semua hal yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer. Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu Manajer Tingkat Atas, Tingkat Menegah dan Tingkat Bawah.
2.      Menurut Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antar pribadi, peran informasional dan juga peran pengambilan keputusan.
3.      Robert L. Katz pada tahun 1970 mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut antara lain conceptual skill, humanity skill dan dan juga technical skill.
4.      Fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha antara lain seperti actuating, organizing, controlling dan lain sebagainya.