LEMBAR JAWABAN UAS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAIKHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAIKHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN
Nama : Nadhifatul
Qudsiyah
Prodi : Ekonomi
Syariah V
NIM : 11629120048
Mata
Kuliah : Ekonomi Publik
PERMASALAHAN
Antara tahun 2014 dan 2015, kenaikan
dan penurunan harga BBM terjadi saat ini. Hal itu dilakukan oleh pemerintah
tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat. Dari kasus tersebut, ketika harga BBM
turun, mengapa harga barang tidak ikut turun?
PERTANYAAN
1.
Bagaimana
tanggapan pemerintah terkait dengan kebijakan tersebut? Bagaimana tanggapan
saudara?
2.
Tolong
cari kasus di kabupaten Bangkalan yang terkait dengan kebijakan publik dan
bagaimana menurut analisis saudara?
JAWABAN
1.
Kenaikan
BBM (18 November 2014) dan penurunan harga BBM (1 Januari 2015) dengan kurun waktu
yang singkat memang menimbulkan kontroversi di masyarakat. Bukan hanya masalah
beban hidup yang semakin berat, tapi yang sedang disorot adalah bahwa kenaikan
itu terjadi di saat harga minyak dunia sedang melemah yakni USD 100/Barel,
sedangkan pemerintah masih menggunakan USD 105/Barel menjadi Rp 8500,-/liter.
Saat
BBM dinaikkan, pemerintah berdalih bahwa kenakan BBM sebenarnya adalah pilihan
yang sangat sulit pasca terselenggaranya sidang kabinet di Istana negara. Menanggapi
hujatan masyarakat terkait harga minyak dunia yang sedang turun, pemerintah
melalui menko perekonomian menjelaskan bahwa mereka tidak melihat harga minyak
hari perharinya karena harga minyak dunia itu harus diamati dalam waktu
sebulan, setahun dan bagaimana perkembangannya. Walaupun harga minyak dunia
sedang turun bukan tak mungkin akan naik secara tiba-tiba dan harus menciptakan
subsidi lagi yang kembali menguras anggaran negara. Lagipula menurut
pemerintah, kenaikan harga BBM bersubsidi ini telah menghemat anggaran negara sebesar
100 trilyun dan anggaran subsidinya akan dialihkan ke sektor produktif seperti perbaikan irigasi,
penguatan sektor maritim dan target 2 tahun swasembada beras, belum lagi
anggaran subsidi selama ini yang ternyata lebih tinggi dari anggaran untuk pembangunan
infrastruktur, yaitu 1300 trilyun.
Penurunan
harga BBM bersubsidi pun dilakukan tak lama setelah pernyataan tersebut
diungkap ke publik. Pemerintah dalam hal ini tak banyak memberi statement,
mereka hanya mengungkap jika harga minyak dunia sedang merosot tajam menyentuh
angka USD 59/Barel. Dan pemerintah berencana untuk menurunkan lagi harga BBM
pada tanggal 1 Februari 2015. Sama seperti pada pernyataan pemerintah saat
kenaikan harga BBM, perubahan harga minyak dunia saat ini terus mengalami
pergerakan dan pemerintah harus mengkajinya tiap 2 minggu sekali khususnya
untuk harga premium.
Walaupun
harga BBM sudah diturunkan, tapi kenyataannya tarif kendaraan umum dan bahan
baku lainnya tidak ada yang turun harga. Hal itu diduga karena barang-barang
yang mereka jual sebelumnya telah dibeli dengan harga lama dan berstatus masih
memakai harga lama (mereka membeli barang-barang untuk dijual lagi dengan
patokan harga BBM ketika masih Rp 8500,-) lagipula para pelaku ekonomi juga
masih ragu-ragu dan khawatir akan rencana perubahan harga BBM yang akan datang,
mengingat ketidak stabilan harga minyak dunia pada bulan-bulan terakhir ini. Mereka
tidak mau ambil resiko dengan menurunkan harga dan menaikkan lagi karena hal
itu dapat merusak harga pasar dan tentunya merugikan keuangan mereka.
OPINI
Dari pernyataan di atas, penulis
beranggapan bahwa kenaikan dan penurunan BBM sudah tidak seharusnya menjadi
bahan hujatan masyarakat terhadap era kepemimpinan saat ini. Mengapa demikian?
Karena seharusnya rakyat Indonesia menyadari bahwa negara Indonesia sejatinya adalah
negara yang dinaungi oleh tingginya angka korupsi, mafia-mafia yang bertebaran
dalam semua lini perekonomian (dalam hal ini mafia pajak dan migas yang paling merugikan
negara) dan juga utang-utang negara menumpuk dan tak juga lunas yang seakan
menjadi ‘warisan’ dari puluhan tahun yang lalu sejak runtuhnya era orde baru (runtuhnya
rezim Soeharto, 1998) itu sudah merugikan keuangan negara.
Perlu diketahui bahwa kenyataannya disetiap
perubahan era kepemimpinan di Indonesia selalu menyisakan utang-utang ke pihak
asing (Bank dunia) yang harus diselesaikan dan dibebankan pada era
kepemerintahan selanjutnya (seperti sekarang yang kita ketahui bahwa utang
negara sudah mencapai 2300 T). Yang harus digaris bawahi oleh masyarakat awam adalah,
Indonesia bukanlah negara maju yang setiap pergantian kepemimpinan selalu
terbebas dari beban utang seperti negara maju lainnya. Ibarat sebuah tubuh,
Indonesia sudah sakit akut sedari dulu, bukanlah tubuh yang sehat. Artinya, hal
yang paling optimal yang bisa dilakukan oleh pemerintah mungkin hanya sebatas
‘menekan’ angka kerugian negara yang sudah ada, bukan serta-merta menghilangkan
beban tersebut kemudian menjadi negara makmur.
Hal tersebut tak lain karena banyaknya
pihak-pihak tak bertanggung jawab yang ingin mempertebal ‘dompet’ mereka
sendiri. Maka dari itu wajar jika pemerintah seakan kehilangan opsi lain untuk
melindungi APBN, satu-satunya jalan adalah dengan menaikkan harga BBM yang
berimbas pada kenaikan bahan baku lainnya. Meskipun kita ketahui bahwa subsidi
yang dialokasikan ke BBM sudah tidak tepat sasaran, yang mana BBM bersubsidi
juga ikut dinikmati oleh kaum ekspatriat negeri ini dan ketidak tegasan
pemerintah terdahulu terhadap perusahaan-perusahaan besar yang tak pernah
membayar pajak. Padahal selain migas, pajak adalah pemasukan utama negara yang
harus diperhatikan juga.
Penulis percaya bahwa pemerintahan
kali ini adalah pemerintahan yang baik dan punya semangat anti korupsi (mungkin
tidak demikian untuk selain presiden dan menteri-menterinya). Maka dari itu dianggap
wajar jika pemerintah memang dihadapkan pada pilihan yang sulit: antara
mempertahankan BBM bersubsidi dengan harga tetap (tapi utang dan beban negara
semakin bertambah), atau menaikkannya (demi menghemat uang negara dan dialihkan
ke sektor lain yang lebih produktif).
Mengenai penurunan harga BBM, hal
tersebut dilakukan karena harga minyak dunia yang benar-benar anjlok (USD
59/Barel). Dan mungkin jika dikalkulasikan penurunan harga minyak dunia itu
sudah melebihi target penghematan anggaran negara dan demi mengurangi beban
masyarakat. Sayangnya penurunan harga BBM tidak berbanding sama terhadap harga
bahan baku. Mengetahui harga BBM sedang tidak stabil, Para pelaku ekonomi
seperti para pedagang dan supir angkutan umum pun akhirnya bersikap seakan
‘tidak mengetahui’ bahwa BBM sudah turun. Ketika diwawancara, salah satu supir
angkutan umum berdalih bahwa tarif kendaraan umumnya masih menggunakan tarif
lama karena belum ditetapkan oleh pusat. Dalam hal ini penulis berharap
pemerintah segera untuk melakukan operasi pasar di sejumlah pasar induk di
berbagai ibukota agar tak terjadi penyimpangan harga terutama di tarif
kendaraan umum.
Mengetahui keadaan ini, penulis
berpikir bahwa sudah saatnya rakyat menyadari akan keberadaan moda transportasi
umum yang telah disediakan pemerintah, dan harapan penulis bahwa pemerintah
seharusnya cepat melakukan revolusi besar-besaran pada moda transportasi untuk
seluruh daerah di Indonesia terutama di daerah perkotaan yang berbiaya hidup
tinggi. Mengingat banyaknya rakyat Indonesia yang perputaran ekonominya
dilakukan di kota-kota besar terutama di Jakarta dan Surabaya.
Luas daerah ibukota Jakarta relatif kecil,
kini 40 persen wilayahnya dipenuhi oleh pembangunan jalan-jalan dan
gedung-gedung pencakar langit yang semakin hari semakin memperkecil wilayah
kota. Pembangunan subway bawah tanah adalah opsi terbaik, karena pembangunannya
tidak harus memakan area Jakarta yang sudah sempit dan juga bebas membuat area
subway sejauh apapun karena letaknya di bawah tanah tanpa terhalang oleh
bangunan lain, seperti yang telah diterapkan oleh beberapa negara maju
diantaranya adalah Korea Selatan, Amerika dan negera-negara uni Eropa. Bahkan
menurut penulis, transportasi bawah tanah seharusnya menjadi transportasi utama
rakyat perkotaan (90:10) dibanding transportasi umum di jalan. Mengapa
demikian? Karena sempitnya daerah ibukota dan melihat pada tingkat ekonomis
subway bawah tanah dengan rute yang bisa dibuat tak terbatas dan bisa
mengangkut ribuan orang, daripada MRT yang rutenya terbatas hanya pada
jalan-jalan protokol ibukota (pembangunan rute MRT yang terhalang dan terbatas
oleh bangunan gedung-gedung sekitarnya yang membuat rutenya hanya sedikit).
Padahal di negara-negara maju di dunia sudah tidak lagi digunakan moda
transportasi MRT, karena dianggap tidak ekonomis, ketinggalan jaman dan tidak
hemat lahan, tapi lagi-lagi rencana itu terbentur oleh hujatan dan opini masyarakat
yang akan mengemuka, bahwa rencana itu dianggap hal yang sia-sia dan modus
untuk lahan korupsi yang hanya akan menghabiskan dana APBD. Padahal rencana ini
sudah jelas-jelas demi kemajuan kehidupan mereka di masa depan.
Pada intinya masalah kenaikan dan
penurunan BBM sudah tidak pantas lagi dipermasalahkan karena sebenarnya rakyat
yang pintar sudah tahu alasannya.
2.
Tidak
seperti di daerah lain di Indonesia, tes CPNS di daerah Bangkalan merupakan
penentuan karir yang krusial bagi beberapa masyarakat berpendidikan di
Bangkalan. Betapa tidak, disaat daerah lain sedang berpacu dan mempersiapkan
mental dalam mengisi soal tes CPNS secara online demi membangun kejujuran, adu
wawasan dan kompetensi, para CPNS di Bangkalan malah sibuk menyiapkan dana
‘pelicin’ sebesar 90 sampai 150 juta rupiah demi menjadi PNS. Hampir semua
orang yang bergelut di dunia kerja memahami bahwa hal tersebut adalah suatu
kebijakan publik terselubung yang wajib dipatuhi langsung dari DPRD nonaktif
Bangkalan. Selain uang pelicin sebelum menjadi PNS, mereka juga akan dihadapkan
pada praktek pungli dalam bentuk ‘salam tempel’ di setiap kegiatan para PNS
yang bersinggungan dengan nama daerah kabupaten Bangkalan.
Karena harga mahal yang harus mereka
bayar untuk menjadi seorang PNS itulah yang seringkali memicu sikap ‘balas
dendam’ dengan cara ketidak disiplinan mereka dalam bekerja seperti datang
terlambat, berfoya-foya dengan aneka makanan enak selama di tempat kerja, PNS
wanita yang sering tertangkap sedang ‘keluyuran’ di mall dan pasar-pasar di jam
kerja dan juga kinerja mereka yang terhitung biasa-biasa saja.
Sayangnya hal tersebut bukanlah bagian
yang harus diperhatikan bagi pemerintah kabupaten Bangkalan. Padahal di daerah
lain seperti di Semarang Jawa Tengah, satpol PP sering mengadakan sidak di
sejumlah mall dan pasar-pasar untuk memastikan tak ada PNS yang ‘berkeliaran’
pada jam kerja. Dan seperti yang ditayangkan salah satu stasiun TV, ternyata
pada saat itu banyak yang tertangkap yang ternyata sebagian besar adalah
wanita. Kebanyakan dari mereka berlarian untuk menghindari sorotan kamera
karena merasa malu. Ada juga yang bersikap seolah tak terjadi apa-apa dengan
langsung mengeluarkan statement yang terdengar sedikit konyol, bahwa
mereka ke mall karena ada urusan pekerjaan.
Dari kasus ini bisa diketahui bahwa kebijakan
publik berupa praktek pungli skala besar di daerah merupakan suatu fenomena
yang terstruktur menjadi sebuah kebijakan publik dari DPRD nonaktif Bangkalan. Sudah
seharusnya pemerintah pusat memperhatikan fenomena ini agar Indonesia memiliki calon-calon
pegawai negeri yang berkompeten dan berkualitas. Karena bila hal ini terus
berlanjut lama-kelamaan akan mengubah
pola pikir generasi muda tentang apa arti sebuah pekerjaan bila prosesnya harus
diawali dengan ritual penyuapan dan kebohongan.