Senin, 12 Oktober 2015

PENGANTAR MANAJEMEN: APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

MAKALAH




OLEH;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)
















YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015







APLIKASI TIGA TINGKATAN MANAJEMEN DALAM BADAN USAHA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah PENGANTAR MANAJEMEN
Dosen Pembina:  Drs. Zahid Dhofir, M.Pd



OLEH ;
NADHIFATUN QUDSIYAH (NIM.11629120048)














YAYASAN MA’ARIF SYAICHONA MOH.CHOLIL
STAI SYAICHONA MOH.CHOLIL BANGKALAN
PRODI EKONOMI SYARIAH
BANGKALAN
SEPTEMBER 2015




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan karena berkat berkat rahmat Allah SWT makalah  yang berjudul: “Aplikasi Tiga Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha”  ini dapat penulis selesaikan sesuai yang direncanakan. Salam dan shalawat semoga selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, semoga pertolongan dan syafaat beliau terlimpahkan kepada kita sekalian. Amin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata Kuliah Manajemen Strategis Semester VII tahun akademik 2014/2015 Prodi Ekonomi Syariah pada STAI Syaichona Moh.Cholil Bangkalan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya  kepada Dosen Pembina Bapak Drs. Zahid Dhofir, M.Pd sebagai Dosen Pembina mata kuliah Ekonomi Syariah. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman Prodi Ekonomi Syariah Semester VII senasib seperjuangan dalam menempuh mata kuliah ini.
      
      Bangkalan,  13 September 2015
Penulis


Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang mengkaji tentang Strategi Bisnis khususnya mahasiswa Ekonomi Syariah STAIS Bangkalan.






DAFTAR ISI


                                                                                                                    Halaman                                                                                                                                            
Halaman  Judul.................................................................................................     i
Kata Pengantar.................................................................................................    ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................   iii

BAB I  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.............................................................................................    1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................    2
C.       Tujuan Makalah............................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha................................................    3
B.       Peran Manajer..............................................................................................    5 
C.       Keterampilan Manajer..................................................................................    5
D.      Fungsi-Fungsi Manajemen...........................................................................    7

BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan.................................................................................................. 15

BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 16


  
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Ilmu manajemen sama usianya dengan kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan, “siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen” apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tak dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi.

B.  Rumusan masalah
1.        Bagaimana aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha?
2.        Apa saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha?

C.  Tujuan
1.      Mengetahui aplikasi dari tiga tingkatan manajemen dalam badan usaha.
2.      Mengetahui apa saja fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tingkatan Manajemen Dalam Badan Usaha
Salah satu karakteristik yang penting dari badan usaha adalah manajemen yang baik. Jika suatu badan usaha dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja badan usaha dan akan meningkatkan nilai badan usaha bagi para pemegang saham. Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer. Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu sebagai berikut.
1.      Manajemen puncak atau manajer senior (top management). Adapun tugas dari manajemen puncak adalah membuat rencana umum badan usaha dan membuat keputusan-keputusan penting. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2.      Manajemen menengah (middle management) memiliki posisi sebagai manajer pabrik atau manajer divisi. Oleh karena itu, para manajer menengah lebih banyak terlibat dalam kegiatan proses produksi dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan jangka pendek. Manajer menengah juga bertanggung jawab membuat rencana operasional untuk merealisasikan rencana umum dari manajer puncak. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.      Manajemen pengawasan atau supervisor garis pertama (lower management) memiliki posisi sebagai manajer kantor. Manajer pengawas bertugas sebagai pelaksana rencana yang dibuat oleh manajer menengah. Manajer pengawas juga bertanggung jawab untuk mengawasi kerja karyawan. Oleh karena itu, para manajer sangat terlibat dengan para karyawan yang melakukan proses produksi. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyedia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
B. Peran Manajer
Menurut Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1)      Peran antar pribadi merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2)      Peran informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3)      Peran pengambilan keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
C. Keterampilan Manajer
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1)      Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2)      Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi  diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3)      Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola badan usaha, para manajer melakukan fungsi manajemen. Klasifikasi dari fungsi-fungsi manajemen tersebut berbeda menurut beberapa ahli, di antaranya sebagai berikut.
1.    George R. Terry, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.       Perencanaan (planning);
b.      Pengorganisasian (organizing);
c.       Pelaksanaan (actuating)
d.       Pengendalian (controlling).
Fungsi manajemen dari G. R. Terry biasa disingkat menjadi POAC.
2.      Henry Fayol, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.     Pemberian komando (commanding);
d.   Pengoordinasian (coordinating);
e.    Pengendalian (controlling).

3.      Koontz dan O’Donnell, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.    Penyusunan pegawai (staffing);
d.   Pengarahan (directing);
e.    Pengendalian (controlling).
4.      James Stoner, membagi fungsi manajemen menjadi:
a.    Perencanaan (planning);
b.    Pengorganisasian (organizing);
c.    Memimpin (leading);
d.   Pengendalian (controlling).
Walaupun fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli berbeda, namun sebenarnya isi dari fungsi manajemen tersebut sama. Perbedaan tersebut terletak pada sudut pandang dan fungsi pelaksanaannya. Berikut akan dijelaskan fungsi manajemen menurut James Stoner.
1.    Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi manajemen sehingga harus dilakukan terlebih dahulu sebelum fungsi-fungsi manajemen ainnya. Dalam perencanaan, dilakukan pengambilan keputusan mengenai:
a.         Apa yang akan dikerjakan;
b.         Bagaimana pembagian kerjanya;
c.         Kapan mengerjakannya;
d.        Siapa yang akan mengerjakannya.
Perencanaan penting bagi setiap badan usaha dikarenakan perencanaan merupakan persiapan bagi badan usaha untuk menghadapi kondisi bisnis dimasa depan. Masa depan tidak dapat dipastikan dan akan selalu berubah-ubah. Untuk dapat mengantisipasi perubahanperubahan tersebut, salah satunya adalah dengan membuat perencanaan.
Berkaitan dengan rencana tersebut, dikenal adanya empat jenis rencana, yaitu sebagai berikut.
a.         Perencanaan strategis, merupakan rencana yang menggambarkan titik berat bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang. Dalam rencana strategis, tercakup secara khas tujuan dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
b.        Perencanaan taktis, merupakan rencana yang memiliki skala lebih kecil, misalnya untuk jangka waktu satu atau dua tahun. Rencana taktis mengacu pada rencana strategis yang telah dibuat. Rencanarencana taktis dibuat dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang ada, tingkat persaingan, dan perkembangan teknologi.
c.         Perencanaan operasional, merupakan rencana mengenai cara-cara melaksanakan kegiatan tertentu supaya berjalan efektif dan efisien untuk mencapai rencana-rencana taktis.
d.        Perencanaan darurat, merupakan perencanaan alternatif yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai perubahan kondisi bisnis dan berbagai masalah yang mungkin terjadi.
Perencanaan yang baik menurut Heidjrachman Ranupandojo harus mengandung tujuh prinsip, yaitu:
1.    Rencana harus memiliki tujuan yang khas;
2.    Ada kegiatan yang diprioritaskan;
3.    Melibatkan semua orang;
4.    Perencanaan hendaknya telah diperhitungkan;
5.     Rencana harus selalu diperbaiki;
6.    Penanggung jawab perencanaan;
7.    Semua rencana selalu bersifat tentatif dan interim.
2.  Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi pengorganisasian adalah kegiatan pengaturan para karyawan dan sumber-sumber lain dengan cara yang konsisten agar semua pekerjaan yang dilakukan terarah pada satu tujuan. Untuk itu, dalam pengorganisasian harus dibuat suatu struktur tugas dan wewenang demi mempermudah tercapainya hasil yang telah direncanakan. Dengan demikian, fungsi pengorganisasian menjembatani antara kegiatan perencanaan dan pelaksanaannya. Jika fungsi perencanaan menentukan apa (what) dan bagaimana (how), fungsi pengorganisasian menentukan siapa (who), yaitu siapa yang akan mengerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Fungsi pengorganisasian terjadi secara berkesinambungan selama perusahaan masih berjalan. Selama berjalannya perusahaan dapat terjadi pe rubahan-perubahan dalam organisasi yang menyebabkan perubahan tugas dan pekerjaan para karyawan. Kondisi ini terjadi jika perusahaan melakukan restrukturisasi dalam operasi-operasi perusahaan.
Jadi, pengorganisasian adalah usaha untuk menentukan struktur tugas dan wewenang, menentukan pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan garis kegiatan, membentuk sejumlah hubungan di dalam organisasi dan memilih, menempatkan serta melatih karyawan.
3.  Kepemimpinan (Leadership)
Baik buruknya kinerja karyawan dipengaruhi oleh cara manajer memimpin karyawannya. Oleh karena itu, dalam memimpin harus dilakukan secara konsisten sejalan dengan rencana strategi perusahaan. Memimpin tidak hanya memberikan perintah penyelesaian suatu tugas, melainkan harus dibarengi dengan pemberian insentif agar tugas dapat diselesaikan dengan baik dan benar.
Fungsi kepemimpinan merupakan suatu proses memengaruhi kebiasan-kebiasan karyawan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengomunikasikan tugas kepada karyawan dan cara-cara penyelesaian tugas tersebut. Dalam hal ini, diperlukan adanya komunikasi yang efektif demi menunjang tercapainya sasaran bersama. Disamping itu, sikap dan contoh teladan dari pimpinan juga berpengaruh terhadap gairah kerja karyawan.
Setiap manajer memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam menjalankan roda organisasi. Secara umum, gaya kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tiga gaya kepemimpinan, yaitu otokratis, bebas, dan demokratis.
a.    Otokratis (Authoritarian)
Para manajer yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratis, memiliki kekuasan penuh untuk mengambil keputusan. Kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab menjadi monopolinya. Perintah yang diberikan merupakan komando yang harus diikuti dan tidak boleh dibantah. Manajer seperti ini hampir tidak pernah memberikan kepercayaan kepada karyawannya.
b.    Bebas (Laissez Faire)
Gaya kepemimpinan bebas (laissez faire) merupakan lawan ekstrim dari gaya kepemimpinan otokrasi. Manajer yang menerapkan gaya kepimpinan bebas, memberikan wewenang kepada para karyawannya. Dalam hal ini, hanya ada sedikit campur tangan dari para manajer. Misalnya, seorang manajer hanya menyampaikan sasaran-sasaran yang harus dicapai kepada karyawannya dan manajer memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk memilih cara dalam menyelesaikan sasaran-sasaran tersebut. Jika manajer menerapkan gaya kepemimpinan bebas, karyawan harus mampu memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
c.    Demokratis (Democratic)
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan ini merupakan gabungan antara gaya kepemimpinan otokrasi dan laisssez faire. Gaya kepemimpinan demokratis membagi kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab kepada para karyawannya. Dalam manajemen partisipatif, manajer mendorong karyawannya untuk menyatakan pendapatnya, tetapi tidak mengharuskan untuk membuat keputusan yang besar. Berdasarkan hasil penelitian, gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratis mampu memperbaiki mutu dan jumlah pekerjaan.
4.  Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para manajer dalam mengawasi dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai. Jadi, melalui fungsi pengawasan dapat diukur seberapa besar hasil yangtelah dicapai dibandingkan dengan hasil yang telah direncanakan. Dalam melakukan evaluasi tugas, para manajer dapat mengukur kinerja karyawan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Standar dapat pula diterapkan pada jumlah produksi, jumlah biaya, jumlah keuntungan, dan jumlah penjualan. Alasan menentukan standar adalah untuk mendeteksi dan mengetahui kekurangan sehingga manajer dapat segera melakukan tindakan koreksi. Dengan demikian, fungsi pengawasan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan.
Fungsi pengawasan harus dilakukan pada setiap tahap sehingga mudah untuk melakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan-penyimpangan. Perbaikan yang harus dilakukan bisa sederhana, bisa pula menyangkut perubahan-perubahan besar. Misalnya, perubahan struktur dan menyusun rencana baru. Dari uraian tersebut, proses pengendalian akan mengikuti urutan pelaksanaan mulai dari menetapkan standar, melakukan pengukuran kinerja, dan mengoreksi penyimpangan. Pengawasan dalam kinerja manajemen perusahaan sangat dibutuhkan agar semua hal yang dilakukan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Pengelolaan suatu badan usaha pada umumnya dilakukan oleh para manajer. Manajer ialah orang yang memimpin karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi dari para manajer bervariasi menurut tingkatan setiap di perusahaan. Dalam hal ini, jenjang atau tingkatan manajemen pada badan usaha besar biasanya terdapat tiga jenjang manajemen, yaitu Manajer Tingkat Atas, Tingkat Menegah dan Tingkat Bawah.
2.      Menurut Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antar pribadi, peran informasional dan juga peran pengambilan keputusan.
3.      Robert L. Katz pada tahun 1970 mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut antara lain conceptual skill, humanity skill dan dan juga technical skill.
4.      Fungsi-fungsi manajemen dalam badan usaha antara lain seperti actuating, organizing, controlling dan lain sebagainya.